Jumat, 14 November 2014

About forgetting

Melupakan seseorang, bagi saya adalah sebuah proses yang sangat sulit untuk di jalani. Setiap kali saya berusaha mencoba justru yang muncul adalah kenangan-kenangan itu semakin membabi buta. Saya mencoba memejamkan mata kemudian mengambil nafas terdalam, sambil berucap "okelah let it go, let it go saja" tapi apa, yang terjadi justru sebaliknya. Setiap kali saya ingin kenangan itu lepas, justru sesak di dada karena terlalu banyak menangis. Begitu dalam mungkin, perasaan saya untuk nya. Meskipun kita sudah tidak pernah bertemu, perasaan itu tetap sama.

Perasaan yang saya pendam dan saya rasakan sejak awal kelas satu sekolah menengah pertama hingga sekarang. Kita pernah melalui hari hari bersama, bahkan dia adalah kenangan yang di setiap detiknya tidak sanggup saya lupakan.
Sampai pada suatu saat, saya melontarkan keputusan paling bodoh yang pernah saya perbuat. Keputusan yang dengan begitu tega membuat luka di hatinya. Keputusan yang begitu jahat membuatnya terpuruk. Keputusan yang membuatnya begitu kecewa hingga mungkin dia tidak mau mengenal saya lagi. Semua itu masih terbayang hingga saat ini.
Begitu berat saya rasakan, sekarang untuk sekedar bersapa kabar mungkin adalah hal yang teramat tabu untuk di sampaikan. Kita sekarang memang sudah menjalani kehidupan masing-masing. Tidak pernah lagi ada komunikasi, bahkan mungkin dia sudah menemukan seseorang yang lain, semua ini akan tetap sama. Satu hal saya tidak bisa melupakannya. Setiap kali ada seseorang mencoba mendekati, tetap saja tidak ada yang mampu mengambil posisinya di dalam hati ini. Ingin sekali rasanya membuka hati untuk yang lain, mengijinkan siapapun mengetuk hati ini, tapi sekali lagi saya tetap gagal. Banyak handai teman memuji kesetiaan perasaan saya tapi, entahlah, saya justru takut dengan apa yang sedang saya rasakan, perasaan yang begitu besar ini, membuat saya takut apakah saya mampu menghadapi semua ini? Apakah perasaan ini adalah tepat? apakah perasaan ini akan membawa dan membimbing saya menuju keistiqomahan?
Seiring berjalannya hari saya terus meragu dan bertanya di setiap selipan doa sholat saya, tapi satu hal yang selalu saya ingat, saya harus tetap berpegang teguh kepada jalan kebenaranNya, supaya jiwa saya tetap terlindungi dan tidak terguncang dan akan membawa saya ke jalan yang berbelok dari sewajarnya. Saya percaya dengan apa yang sedang, akan dan telah Allah putuskan terjadi di kehidupan saya. Seribu persen saya yakin bahwa Allah lah penentu jalan yang terbaik. Allah, decide to put this feeling in me, so i only can keep and follow the flows, believe Allah is the best Guide ever! Menyerahkan semuanya kepadaNya adalah pilihan paling bijaksana.. Kita hanya bisa mengetuk pintu itu perlahan dengan doa dan kesabaran. Biarlah waktu dan jarak yang membuktikan segalanya, apakah rasa suka itu semakin besar atau justru semakin memudar. Serahkan, Ikhlaskan, Pasrahkanlah hanya kepadaNya.. Semoga semuanya akan berujung manis dan membawa keberkahan untuk semuanya.. Sekarang yang sedang saya lalui adalah proses, entah namanya proses menunggu atau apakah akan menjadi proses melupakan? Sekalipun saya gagal, saya selalu ingin berusaha mencoba yang terbaik sebisa saya. Karena, untuk bersama denganya lagi mungkin adalah hal yang teramat mustahil. Dia yang sudah tidak lagi memperdulikan saya? Apakah saya mampu menghadapi semua perlakuan ketidak peduliannya? Sebagaimana disebutkan oleh Imam Ghazali :

- Apa yang paling dekat dari diri kita di dunia ini ? yaitu Kematian
- Apa  yang paling jauh dari kita di dunia ini? yaitu MASA LALU
- Apa yang paling besar di dunia ini? yaitu Nafsu
- Apa yang paling berat di dunia ini? yaitu Amanah
- Apa yang paling ringan di dunia ini? yaitu Meninggalkan Sholat
- Apa yang paling tajam di dunia ini? yaitu Lidah

Tersadar akan semua itu, saya menyerah dengan semua perasaan ini. Entah saya tetap tinggal atau saya pergi saya tidak tau. Yang saya rasakan sekarang sungguh tidak jelas. Kau pergi berjejak tanya,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar